AdvertorialBerauKampungLingkungan

Mangrove dan Batik dari Teluk Semanting

haloberau.com, BERAU – Gagasan batik pewarna alami mangrove berawal dari mimpi Kepala Kampung Teluk Semanting, Abdul Gani, yang berkomitmen melestarikan ekosistem mangrove melalui pengembangan ekowisata dan mata pencaharian kelompok perempuan.

Seperti diketahui, Teluk Semanting memiliki wilayah konservasi mangrove seluas kurang lebih 700 hektare yang sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan ekowisata sebagai sumber pendapatan pengelolaan mangrove berkelanjutan.

Sebagai Pembina dari Tim Pengelola Mangrove (TPM) Teluk Semanting, Abdul Gani, melontarkan ide untuk mencoba pengembangan batik pewarna mangrove sebagai produk unggulan kampung yang dikelola kelompok perempuan Kampung Teluk Semanting. Produk tersebut nantinya akan dipasarkan melalui Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) Teluk Semanting.

“Dari potensi mangrove yang kita lindungi di Semanting, serta mimpi kita menjadikan Semanting sebagai desa wisata terkemuka, kami berdiskusi dengan teman-teman YKAN dan kelompok masyarakat di Kampung. Akhirnya, kita putuskan untuk mendorong batik tulis mangrove di Semanting, yang seirama dengan visi kita ke depan sebagai kampung mangrove,” ujar Abdul Gani.

Dari mimpi tersebut, digelar pertemuan bersama para pihak dan kelompok perempuan untuk merencanakan pelatihan batik pewarna alami mangrove dengan pembagian peran kepanitiaan antara YKAN dan TPM Teluk Semanting. YKAN berperan mendatangkan pelatih dan TPM Semanting mempersiapkan kebutuhan pelatihan di Kampung.

Setelah beberapa kali pertemuan, diputuskan untuk mendatangkan dua pelatih batik pewarna mangrove, yaitu Lulut Sri Wahyuni dari Surabaya dan Ni Nyoman Yeni Susanti dari Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Direktorat Jenderal Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Alhasil tanggal 31 Juli 2020 sampai 3 Agustus 2020 tahun 2019,  digelar pelatihan pewarna batik alami mangrove di ruang pertemuan kampung selama seminggu, dengan melibatkan anggota kelompok perempuan di Teluk Semanting. Pelatihan berlangsung lancar dan sukses memproduksi prototipe batik dengan motif khusus yang disesain oleh Bu Lulut. Pewarna alami yang digunakan tidak hanya berasal dari ekosistem mangrove, tetapi dari tumbuhan dan bunga yang tumbuh di pekarangan rumah warga. Sehingga batik yang dihasilkan memiliki warna yang cukup variatif, diantara merah muda dan biru muda.

Dalam perjalanan pengembangan batik tulis, kelompok perempuan yang memproduksi batik, merasa perlu pendampingan intensif. Sementara menyusun jadwal pendampingan dari trainer, kelompok perempuan ingin mencari alternatif cara pengembangan batik pewarna alami, selain dengan batik tulis.

Akhirnya, berdasarkan diskusi dengan kampung, diputuskan untuk mengirim 2 orang perwakilan kelompok perempuan untuk mengikuti pelatihan batik cetak pewarna alami mangrove di Semarang, Desember 2019 bersama perwakilan kelompok perempuan dari Kampung Tanjung Batu. Hasil pelatihan ini memproduksi batik cetak pewarna mangrove dengan motif umum dari Semarang.

Setelah pulang dari Semarang, kelompok perempuan berencana memproduksi batik dengan motif yang disesain khusus untuk Kampung Teluk Semanting, namun terkendala dengan situasi Covid 19. Sehingga rencana produksi tertunda hingga awal Januari 2021. Selain dukungan produksi, Kampung Teluk Semanting bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) berencana akan membangun rumah kreatif Batik sebagai tempat produksi, sekaligus edukasi bagi pengunjung ekowisata mangrove. (adv)