Haloberau.com, BATU PUTIH – Kisah pilu 8 orang anak di Kampung Ampen Medang, Kecamatan Biduk-Biduk kehilangan kedua orang tuanya yang meninggal dunia akibat Covid-19.
Nurul Awalia anak sulung dari delapan bersaudara ini mengaku terpaksa jadi tulang punggung keluarga untuk merawat adik-adiknya yang masih kecil. Bahkan dia harus membawa adik bungsunya yang berusia 5 tahun saat pergi bekerja di kantor Kelurahan Ampen Medang.
“Saya akan tetap menjaga dan merawat adik-adik saya yang masih kecil meskipun kini tanpa kedua orang tua,” kata Nurul Awalia.
“Dua saudara yang lainnya sudah cukup dewasa dan bisa membantu di rumah dan menjaga saudara kami yang kecil,” tambahnya.
Ibunya bernama Darmawati meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus lalu saat menjalani isolasi mandiri di rumahnya, di Kampung Ampen Medang. Enam hari berselang, ayahnya bernama Ridwansyah meninggal dunia saat menjalani perawatan di ruangan isolasi RSUD Dokter Abdul Rivai, di Tanjung Redeb.
Kedelapan bersaudara ini kini harus tinggal secara mandiri di rumah kayu kecil peninggalan kedua orang tuanya di Kampung Ampen Medang.
Meski hidup tanpa kedua orang tuanya, mereka terlihat tegar menjalani aktivitas sehari-hari di rumahnya. Ada yang memasak di dapur, merapikan rumah, bermain dan ada yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya.
“Kami sudah iklas ayah ibu telah tiada. Mau tidak mau harus menjalani kehidupan dengan giat bekerja untuk makan sehari-hari, biaya sekolah adik dan kebutuhan lainnya,” pungkasnya.
Kepala Kampung Ampen Medang, Kadriansyah mengatakan telah melaporkan ke pihak Kecamatan terkait ada warganya meninggal dunia karena Covid-19, serta meninggalkan 8 orang anak yang kini tinggal di rumahnya secara mandiri.
“Setiap hari kami pantau kondisinya dan juga memberikan bantuan kebutuhan makanan dari dana penanganan Covid-19 Kampung,” ujarnya.
Pihak kampung juga akan melakukan diskusi dengan pihak keluarga kedelapan anak tersebut. Mengingat mereka masih sangat muda, bahkan tiga orang anak masih usia belia.
“Siapa tahu ada dari pihak keluarganya mau merawat. Soalnya mereka masih sangat muda dan tiga orang anak masing-masing masih berusia 10 tahun, 8 tahun dan yang paling bungsu 5 tahun,” terangnya.
“Mudah-mudahan kisah mereka ini juga terdengar oleh pejabat tertinggi di Berau hingga ke bapak Gubernur Kaltim atau bapak Presiden, Jokowi untuk memberikan perhatian,” tutupnya.(*)